Setiap Muslim Harus Menjadi Duta Islam - Persaudaraan Dai Indonesia | Bersama Dai Membangun Negeri | Posdai.or.id

Minggu, 06 Februari 2022

Setiap Muslim Harus Menjadi Duta Islam

SEBAGAI seorang muslim kita harus menjadi duta Islam dengan cara menyebarkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan kita. Sebab, setiap perilaku ...


SEBAGAI seorang muslim kita harus menjadi duta Islam dengan cara menyebarkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan kita. Sebab, setiap perilaku kita, kata-kata, dan penampilan kita secara tidak langsung mencerminkan agama Islam itu sendiri.

Setiap muslim seharusnya sebagai seorang duta Islam. Kita pernah mendengar istilah  duta di sekolah, kampus, atau perusahaan.

Adanya duta tersebut menunjukkan jika orang ingin bertanya atau paham perusahaan tersebut atau bertanya berbagai hal mengenai sekolah dan kampus bisa ditanyakan ke duta tersebut. 

Sama halnya dengan Islam,  seorang muslim juga dituntut untuk bisa memiliki pengetahuan dan amalan agamanya agar bisa menjadi duta yang baik bagi orang luar.

Seorang duta akan menyampaikan hal-hal yang membuatnya tertarik terhadap apa yang ia sampaikan. Duta dari agama Islam juga akan menyampaikan hal-hal yang bisa membuat orang lain tertarik dan memahami tentang Islam.

Karenanya, menyeru kepada kebaikan menjadi hal yang penting bagi seorang muslim, karena Allah Subhana wa ta’ala berfirman dalam Q.S. Ali-Imron ayat 104.

وَلۡتَكُنۡ مِّنۡكُمۡ اُمَّةٌ يَّدۡعُوۡنَ اِلَى الۡخَيۡرِ وَيَاۡمُرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ الۡمُنۡكَرِ‌ؕ وَاُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ‏

 “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS: Ali Imron: 104)

“Min’ di sini untuk menunjukkan sebagian karena apa yang diperintahkan itu merupakan fardu kifayah yang tidak mesti bagi seluruh umat dan tidak pula layak bagi setiap orang, misalnya orang yang tidak memiliki pengetahuan.”

Maksud ayat ini, hendaklah ada segolongan dari umat yang siap memegang peran ini, meskipun hal itu merupakan kewajiban bagi setiap individu umat sesuai dengan kapasitasnya, sebagaimana ditegaskan dalam kitab Shahih Muslim, dari Abu Hurairah, ia berkata

Rasulullah ﷺ bersabda:

عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُوْلُ: «مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR: Muslim).

Keutamaan besar yang bisa didapatkan melalui berdakwah salah  satunya adalah seperti dalam hadis dari sahabat Uqbah bin ‘Amr bin Tsa’labah radhiallahu anhu, bahwa Rasulullah  ﷺ bersabda:

Orang yang menunjukkan kebaikan maka akan mendapatkan pahala karena telah menunjukkan kebaikan serta pahala orang yang mengikutinya. Amal yang bisa dirasakan oleh orang lain lebih besar manfaatnya dibandingkan amal yang manfaatnya terbatas untuk diri sendiri.

Hadis ini mencakup orang yang menunjukkan kebaikan kepada orang lain dengan perbuatannya, meskipun tidak dengan lisannya. Seperti orang yang menyebarkan buku-buku yang bermanfaat, termasuk orang berperilaku dan berakhlak mulia.

Akhlak Mulia ada Ciri Muslim

Ibnu Miskawaih berpendapat bahwa akhlak adalah suatu kondisi yang ada dalam jiwa manusia. Hal itu perlu diwujudkan tanpa menggunakan pikiran karena itu adalah hal yang wajar dan sudah menjadi kebiasaan baik atau buruk.

Menurutnya, akhlak juga merupakan sifat yang dapat menerima perubahan baik perubahan itu terjadi secara cepat atau lambat. Dalam membahas masalah akhlak, hal yang penting dalam pandangannya adalah tentang jiwa dan sifat-sifatnya.

Beliau telah menulis beberapa buku,  yang membahas realitas jiwa manusia dan masalah akhlak, di antaranya adalah:  Al-Fawz al-Asgharii, Tartib al-Sa adatiii, Tahdhib al-Akhlaqi dan Taharat al-Nafs.

Menurut Ibnu Miskawaih, barangsiapa memiliki kedisiplinan diri yang sempurna, akhlak yang benar dan mampu mengenali musuh jiwanya, maka ia akan berhasil dalam memimpin rumah tangganya. Barangsiapa berhasil memimpin rumah tangganya, ia akan berhasil mengatur kota. Siapapun yang berhasil memerintah sebuah kota, dia akan berhasil memimpin sebuah pemerintahan.

Akhlak yang baik adalah esensi utama kepribadian Islam dan Muslim. AKhlak mengacu pada sifat kebaikan yang ditunjukkan seorang individu kemudian menampilkan dan memperagakan dalam kepribadian dan tindakannya.

Akhlak yang baik merupakan ciri khas umat Islam yang berkepribadian Islami dan mengarahkan pandangan hidup dan pergaulannya. Artinya, kepribadian muslim yang baik selalu menampilkan akhlak yang baik pula. Kepribadian menurut Ibn-Miskaway  dapat didefinisikan sebagai istilah yang mencakup keseluruhan integritas kognitif manusia, perasaan (feelings) dan tindakan atau perbuatan (actions) seorang muslim dan Muslimah.

Ciri muslim dan muslimah sejati dalam hubungan dan pergaulan, dia sangat baik dengan keluarga, tetangga bahkan orang lain, hatta, dia beda agama. Akhlak mulia ini didasarkan karena perintah agama dan akhlak yang diajarkan nabiullah Muhammad ﷺ, bukan karena paksaan, apalagi dibuat-buat.

Ciri muslim dan muslimah sejati, dia hormat pada orang tua, dan sayang sama yang muda.  Di manapun muslim dan muslimah berada, dia selalu menjaga amanah dan dapat dipercaya.

Kesalehan ini akan mampu menempatkan dirinya pada perilaku mulia dan disukai berbagai pihak. Hubungan di antara mereka akan lebih erat karena mereka lebih bertanggung jawab, lebih toleran, dan saling memahami. Allah SWT pernah berfirman:

وَتَعَاوَنُوۡا عَلَى الۡبِرِّ وَالتَّقۡوٰى‌ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوۡا عَلَى الۡاِثۡمِ وَالۡعُدۡوَانِ‌ ۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ‌ؕ اِنَّ اللّٰهَ شَدِيۡدُ الۡعِقَابِ

“Dan tolonglah kamu dalam berbuat kebaikan dan ketakwaan dan jangan membantu kamu dalam berbuat dosa dan kerusakan.” (QS: Al-Maaidah [5]:2)

Dalam hidup, pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok sebagai pelindung tubuh dan penutup aurat manusia. Sementara bagi Allah, pakaian yang baik adalah takwa, sebagaimana dijelaskan dalam Al Quran surah Al A’raf.

يَا بَنِيْٓ اٰدَمَ قَدْ اَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُّوَارِيْ سَوْاٰتِكُمْ وَرِيْشًاۗ وَلِبَاسُ التَّقْوٰى ذٰلِكَ خَيْرٌۗ ذٰلِكَ مِنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُوْنَ – ٢٦

“Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat.” (QS: Al-A’raf: 26)

Tabiat wanita adalah berada dalam rumahnya, tapi ia diperbolehkan keluar rumah jika ada alasan Syar’i. Misalnya; bekerja, mencari ilmu, bersilaturahmi, ke masid, dan lain lain.

Namun di era emansipasi saat ini banyak kaum wanita vang suka keluar rumah sekadar untuk mencari kesenangan. Misalnya ke tempat biburan pemuas nafsu, dugem,diskotek dan lain-lain.

Allah mengingatkan wanita untuk banyak di rumah, sebagaiana di dalam surat Al Ahzab;

وَقَرۡنَ فِىۡ بُيُوۡتِكُنَّ وَلَا تَبَـرَّجۡنَ تَبَرُّجَ الۡجَاهِلِيَّةِ الۡاُوۡلٰى وَاَقِمۡنَ الصَّلٰوةَ وَاٰتِيۡنَ الزَّكٰوةَ وَاَطِعۡنَ اللّٰهَ وَرَسُوۡلَهٗ ؕ اِنَّمَا يُرِيۡدُ اللّٰهُ لِيُذۡهِبَ عَنۡكُمُ الرِّجۡسَ اَهۡلَ الۡبَيۡتِ وَيُطَهِّرَكُمۡ تَطۡهِيۡرًا

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah dahulu, dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (QS: Al-Ahzab:33)

Rasûlullâh ﷺ bersabda,;

اَلْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ ، وَإِنَّهَا إِذَا خَرَجَتْ مِنْ بَيْتِهَا اِسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ، وَإِنَّهَا لاَتَكُوْنُ أَقْرَبَ إِلَى اللهِ مِنْهَا فِيْ قَعْرِ بَيْتِهَا

“Wanita itu aurat, jika ia keluar dari rumahnya maka setan mengikutinya. Dan tidaklah ia lebih dekat kepada Allâh (ketika shalat) melainkan di dalam rumahnya.” (HR. Ath-Tabrani).

Wanita diperbolehkan keluar rumah dengan tetap memperhatikan adab adab islami.  Misalnya bukan untuk pamer, tetap menutup aurat,  mendapat suami dan ditemani mahram jika safar dllDisebutkan

Tidak Mengolok-olok Nabi dan Agamanya  

Wanita tidak pernah jauh dari masalah lisan. Sebagian tabiat wanita adalah ngerumpi, ngobrol, bercanda hingga gosip. Hal ini membawa lisan bisa terjerumus dalam bahaya.

Karena itu, sepatutunya kita menjauhi kata-kata keji dan rafat (jorok), hindari bergosip, adu domba (namimah), fitnah, berbohong, hindari mencela dan jauhi sifat sombong. Yang lebih penting, muslimah yang baik adalah sesuai apa yang dipakai dengan akhlaknya.

Tidak sedikit kita perhatikan penampilanya wanita berjilbab –bahkan bercadar– tapi sikapnya tidak mencerminkan pakaianya. Pemandangan seperti ini hanya akan melemahkan dakwah Islam itu sendiri.

Sebagai umat Nabi Muhammad, kita dituntut menaati dan mencintai Rasulullah ﷺ, bukan dengan mengolok-oloknya. Kita shalat tiap hari, bershalawat kepada beliau tiap hari, tetapi akhlak kita kepada orang –terutama kepada orang yang tidak beragama Islam– tidak menunjukkan perangai layaknya muslim dan muslimah, hal ini sama halnya mengolok-olok Baginda Nabi.

Betapa banyak netizen menyindir penampilan Muslimah kita di medsos. “Wow tubuhnya berjilbab, otaknya tidak”, hanya karena perilaku kita (yang nampak Muslim) bertolak belakang dengan ajaran Nabi dan Al-Quran itu sendiri.

Kita diwajibkan menutup aurat yang rapi yang tidak nampak lekuk tubuh, tapi bukan jilboob. Peci dan kerudung kita harus sesuai dengan akhlak kita. Jangan sampai penampilannya muslim dan muslimah, tapi perilakunya tidak mencerminkan Islam nya.

Jika ada muslim atau muslimah –dimana penampilan bahkan namanya sudah Islam— tapi perilakunya tidak sesuai pakaian dan bajunya, ia seperti mengolok-olok Baginda Nabi ﷺ. Seharusnya kita malu akan hal ini.

Duta Islam

Sebagai Muslim kita mewakili sesuatu yang jauh lebih besar dari diri kita sendiri, dan itu adalah Islam.Suka atau tidak suka banyak yang menilai keindahan Islam, berdasarkan apa yang mereka lihat dari umat Islam.

Sikap dan perilaku kita bisa berdampak negatif bagi orang-orang di sekitar kita atau bisa berdampak positif dan menjadikan karakter kita sebagai bentuk dakwah yang efektif. Betapa banyak kaum kafir Qurays dan Yahudi memutuskan memeluk Islam bukan karena ceramah, tapi karena akhlak mulianya Nabi Muhammad ﷺ.

Nabi ﷺ dikenal sebagai Al Siddiq dan Al Amin (Yang benar dan yang dapat dipercaya) sebelum beliau menerima wahyu, orang-orang di sekitarnya, tahu bahwa mereka bisa mempercayainya dan apa yang beliau katakan adalah kebenaran. Nabi ada orang yang sangat dipercaya, dia tidak pernah menipu atau menganiaya siapa pun.

Allah azza wajjala mengutus Nabi Muhammad ﷺ  sebagai contoh bagi seluruh umat manusia, dan karakter dan sikapnya adalah Quran. Kata mulianya Nabi, Ibunda Aisyah ra, beliau adalah “Al-Quran yang berjalan”.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, beliau berkata, Seorang Arab Badui pernah memasuki masjid, lantas dia kencing di salah satu sisi masjid. Para sahabat marah dan menghardik orang ini. Namun Nabi ﷺ melarang tindakan para sahabat tersebut. Tatkala orang tadi telah menyelesaikan hajatnya, Nabi ﷺ lantas memerintah para sahabat untuk mengambil air, kemudian bekas kencing itu pun disirami. (HR. Bukhari no. 221 dan Muslim no. 284).

Dalam kisah lain diceritakan, suatu ketika, Nabi sedang duduk di sebuah tempat di Madinah, bersama para sahabatnya. Tiba-tiba sebuah prosesi pemakaman pemeluk Yahudi lewat. Melihat ini, Nabi langsung berdiri. Salah satu sahabat mengatakan bahwa pemakamannya adalah seorang Yahudi. Nabi menjawab: “Apakah dia bukan manusia?” (HR: Muslim).

Dahulu di Madinah, ada pengemis Yahudi yang buta. Saban hari dia berteriak-teriak di pasar dengan mengatakan, “Jangan pernah percaya Muhammad, karena dia gila dan penyihir!”.

Suatu ketika, sahabat Nabi, Abubakar datang menyuapinya. Pengemis ini kaget, karena ia merapa Abubakar lebih kasar dari orang yang biasa menyuapinya. “Siapa kamu? Kamu tidak seperti orang yang biasa menyuapiku, lebih halus dan lembut,” katanya.

Saat itu juga Abubakar menangis sambil menceritakan orang yang dimaksud telah tiada. “Kau tahu siapa orang yang aku maksud ? dia adalah Rasulullah Muhammad ﷺ yang selalu kau caci maki itu. Dia orang yang selalu kau benci dan kau sebut sumpah serapah. Dia orang yang sama yang selalu memberimu dan menyuapimu makanan setiap hari,” kata Abu bakar sambil terisak-isak.

Sang pengemis Yahudi itupun menangis dan akhirnya memeluk Islam setelah merasakan akhlak mulia Nabi. Ini hanyalah contoh kecil tentang menjadi duta Islam dari karakteristik indah Nabi kita ﷺ tercinta.

Kita perlu belajar dari Sirah (biografi) Nabi kita tercinta Muhammad ﷺ dan mencoba untuk menerapkan sebanyak mungkin ajarannya (Sunnah).   Muslim dan muslimah harus dikenal karena belas kasihnya, kejujurannya, amanahnya, dan sikap toleransinya. Kita semua harus jadi duta Islam melalui akhlak dan pribadi kita.* (Hidcom)

Mitra

Sinergi adalah energi kita, terus berpadu dalam langkah nyata

  • Bersama Dai Bangun Negeri
  • Save Indonesia with Quran, ajak masyarakat hidupkan al-Quran
  • Menjadi dai perekat ukhuwah islamiyah dan ukhuwan insaniyah
  • Keswadayaan bersama mengemban amanah dakwah majukan negeri