Dakwah di Tengah Gelapnya Malam, Al-Qur’an Terus Bergema di Pedalaman Penajam - Persaudaraan Dai Indonesia | Bersama Dai Membangun Negeri | Posdai.or.id

Rabu, 30 April 2025

Dakwah di Tengah Gelapnya Malam, Al-Qur’an Terus Bergema di Pedalaman Penajam

DI NEGERI yang dikenal sebagai lumbung energi nasional, nyatanya terang tak selalu hadir bagi mereka yang mengabdi di garis depan dakwah.  K...


DI NEGERI
yang dikenal sebagai lumbung energi nasional, nyatanya terang tak selalu hadir bagi mereka yang mengabdi di garis depan dakwah. 

Kalimantan Timur, provinsi yang kaya akan sumber daya alam, menyimpan sisi lain yang jarang tersorot, yakni keterbatasan infrastruktur yang nyata dirasakan terutama di wilayah-wilayah pedalaman. Salah satunya di Kelurahan Gersik, Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara.

Di sinilah, di bawah langit yang pekat tanpa cahaya listrik, Ketua Persaudaraan Dai Indonesia (PosDai), Ustaz Abdul Muin, menjalankan misi mulianya. 

Saat meninjau langsung program Desa Mengaji, Abdul merasakan betul tantangan yang dihadapi para dai yang berkhidmat di daerah ini. 

Sebelumnya PosDai telah menugaskan sejumlah dai muda lulusan Sekolah Dai Ciomas Bogor yaitu Ali Mukmin Damanik dan Aldi Firmansyah. Sebelumnya, ada Ardiansyah dari lembaga pendidikan yang sama.

“Saya sedang mengajar ngaji di Desa Mengaji Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Tidak ada lampu, karena listrik sedang gangguan. Tapi kegiatan belajar-mengajar ngaji terus berjalan dari selepas Maghrib hingga menjelang azan Isya,” ujarnya.

Padamnya lampu bukan berarti padamnya tekad. Di tengah gelap yang menyelimuti ruang belajar sebuah mushalla, suara-suara anak-anak yang melafalkan ayat-ayat suci Al-Qur’an tetap menggema, seolah menembus batas keterbatasan fisik. 

“Alhamdulillah, antusias anak-anak dalam belajar ngaji sangat tinggi, walaupun kondisi penerangan terbatas,” katanya.

Inilah diantara potret dakwah di pedalaman yang sering kali terabaikan dalam narasi besar pembangunan nasional. Meski Kalimantan Timur bersiap menjadi ibu kota baru Indonesia, masih banyak daerah di sekitarnya yang berjuang dengan segala keterbatasan. 

Infrastruktur yang belum merata, kondisi geografis yang menantang, dan akses terhadap pendidikan yang masih minim menjadi bagian dari dinamika dakwah yang harus dihadapi.

Namun, seperti bara api yang dijaga agar terus menyala, program Desa Mengaji tak pernah surut. Bahkan, menurut Abdul, inisiatif ini akan terus ditingkatkan demi mencerdaskan kehidupan umat melalui pengajaran Al-Qur’an. 

“Insya Allah, program Desa Mengaji Penajam Paser Utara ini akan terus berusaha untuk ditingkatkan,” katanya penuh optimisme.

Dakwah di pedalaman bukan sekadar aktivitas seremonial; ia adalah kerja panjang yang memerlukan dedikasi, sinergi, dan dukungan kolektif. 

Abdul mengajak seluruh elemen masyarakat untuk ambil bagian dalam gerakan ini. Ia menggambarkan visi besar bahwa pembangunan peradaban dimulai dari akar rumput, dari desa-desa yang masih tersembunyi dari sorotan media arus utama. 

Di sanalah para dai bekerja dalam senyap, menanam benih-benih peradaban yang kelak akan menjadi fondasi kokoh bangsa.

“Melalui program ini, kita berupaya terus menggerakkan dakwah di berbagai titik di pedalaman, tentu dengan bersinergi dan dukungan umat. Bersama dai, membangun negeri,” imbuhnya.

Tantangan yang mereka hadapi bukan hanya soal listrik yang padam atau jalan yang sulit dilalui. Mereka juga berhadapan dengan realitas sosial yang kompleks, mulai dari rendahnya kesadaran pendidikan agama, keterbatasan fasilitas, hingga resistensi budaya yang masih ada di beberapa komunitas. 

Namun, semangat yang mereka bawa adalah semangat perubahan, semangat mencerdaskan dan memuliakan masyarakat lewat dakwah yang inklusif dan berkelanjutan.

Program Desa Mengaji PosDai di Penajam Paser Utara adalah cermin dari upaya kolektif yang tak hanya berorientasi pada penyebaran ilmu, tapi juga pada pembangunan karakter generasi muda di pedalaman. 

Anak-anak yang malam itu belajar dalam gelap adalah generasi yang kelak akan menjadi penerus dakwah, penjaga moral bangsa, dan agen perubahan di tengah tantangan zaman.

Di tengah derasnya arus modernisasi dan pembangunan fisik, dakwah semacam inilah yang menjadi penjaga ruhani bangsa. Ia memastikan bahwa pembangunan tak hanya menyentuh aspek material, tapi juga menanamkan nilai-nilai keimanan dan akhlak mulia yang menjadi kekuatan sejati sebuah peradaban.

"Dakwah di pedalaman membutuhkan tangan-tangan yang mau bergandengan, hati-hati yang mau peduli, dan pikiran-pikiran yang visioner. Sebab, membangun negeri bukan semata tentang membangun gedung-gedung tinggi, melainkan juga membangun jiwa-jiwa yang kokoh dalam iman dan ilmu," imbuh Abdul menandaskan.*/



Mitra

Sinergi adalah energi kita, terus berpadu dalam langkah nyata

  • Bersama Dai Bangun Negeri
  • Save Indonesia with Quran, ajak masyarakat hidupkan al-Quran
  • Menjadi dai perekat ukhuwah islamiyah dan ukhuwan insaniyah
  • Keswadayaan bersama mengemban amanah dakwah majukan negeri