Dendi Hariza Dai Muda dari Bengkulu Menyongsong Dakwah di Penajam
DENDI Hariza, seorang pemuda sederhana asal Kota Bengkulu, kini menapaki babak baru dalam perjalanan hidupnya. Ia adalah kader dai muda alumni Sekolah Dai Hidayatullah Bogor angkatan ke-X, sebuah lembaga yang dibina oleh Persaudaraan Dai Indonesia (PosDai) bersama para mitra.
Dengan tekad yang membara, Dendi siap diberangkatkan menuju medan dakwah di Desa Mengaji, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
Bagi Dendi, panggilan dakwah adalah jalan pengabdian. Ia lahir sebagai anak ketujuh dari delapan bersaudara dalam keluarga sederhana di Rena Kandis, Bengkulu Tengah.
Dari lingkungan keluarga itulah semangat pengabdian kepada agama dan masyarakat mulai terasah. Namun, momen ini menjadi sesuatu yang benar-benar baru baginya.
“Ini adalah pengalaman pertama saya bepergian dengan pesawat, sekaligus kali pertama jauh dari orangtua. Mohon doanya, semoga dalam menunaikan tugas dakwah di Penajam nanti diberikan kemudahan,” ujarnya penuh harap sesaat sebelum take off dari Bandara Soekarno Hatta menuju Balikpapan, Selasa (19/8/2025).
Lulusan Sekolah Dai Bogor yang Siap Berkhidmat
Sekolah Dai Hidayatullah Bogor telah lama menjadi kawah candradimuka bagi para dai muda dari seluruh penjuru Indonesia.
Di tempat inilah Dendi ditempa, bukan hanya dengan ilmu agama, tetapi juga dengan disiplin, wawasan kebangsaan, kepemimpinan, dan keterampilan sosial yang menjadi bekal penting dalam berdakwah di tengah masyarakat.
Sebagai bagian dari jaringan dakwah PosDai, Dendi adalah representasi dari generasi muda yang siap mengabdi tanpa pamrih.
PosDai, dengan mottonya “Bersama Dai Membangun Negeri”, terus melahirkan kader-kader dakwah yang siap mengisi ruang-ruang pengabdian di berbagai pelosok Nusantara.
Kehadiran mereka bukan sekadar mengajarkan ilmu agama, melainkan juga mendorong perubahan sosial yang konstruktif di masyarakat.
Tantangan Perjalanan dan Tekad yang Membaja
Keberangkatan ke Penajam Paser Utara bukanlah perjalanan yang ringan. Wilayah Kalimantan Timur, dengan segala dinamika masyarakat dan bentangan geografisnya, menuntut kesiapan fisik dan mental yang matang. Namun, bagi seorang dai muda seperti Dendi, tantangan itu justru menjadi panggilan keberanian.
Ia sadar, meninggalkan kenyamanan kota asal, berpisah dengan orang tua, dan menjalani kehidupan baru di tanah seberang, bukanlah hal mudah. Tetapi semangatnya tak tergoyahkan.
“Bismillah, saya ingin menapaki jalan ini dengan niat tulus karena Allah. Semoga keberangkatan ini menjadi awal pengabdian yang bermanfaat bagi masyarakat,” tuturnya dengan penuh keyakinan.
Harapan untuk Desa Mengaji
Desa Mengaji, Penajam Paser Utara, menjadi ladang dakwah baru yang akan Dendi layani. Di desa inilah ia akan berinteraksi dengan masyarakat, membangun silaturahmi, mendidik generasi muda, dan menghidupkan suasana keagamaan. Kehadirannya diharapkan menjadi penyejuk dan penggerak, khususnya dalam membangun masyarakat yang religius, berdaya, dan berkarakter.
PosDai menaruh harapan besar pada para kader muda seperti Dendi. Mereka adalah agen perubahan sosial yang diharapkan mampu menghadirkan solusi bagi umat. Dari khutbah Jumat, kajian agama, hingga pendampingan masyarakat, setiap langkah kecil yang dilakukan akan menjadi fondasi bagi kemajuan bangsa.
Jalan Panjang Dakwah Nusantara
Kisah Dendi hanyalah salah satu dari ribuan cerita dai muda yang lahir dari rahim lembaga pendidikan dakwah seperti Sekolah Dai Bogor.
Mereka siap ditempatkan di berbagai pelosok negeri, dari desa terpencil hingga kawasan perbatasan, demi menghadirkan cahaya Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Keberangkatan Dendi juga menjadi simbol bahwa dakwah bukan sekadar tugas lisan, tetapi juga pengorbanan dan pengabdian. Di balik perjalanan pertamanya naik pesawat, tersimpan semangat besar untuk menunaikan misi dakwah yang lebih luas.
“Doakan saya agar bisa istiqamah. Semoga saya mampu menunaikan amanah ini dengan baik, membawa kebaikan bagi masyarakat, dan menjaga marwah sebagai dai muda lulusan Sekolah Dai Hidayatullah Bogor,” pungkasnya.