Sukses Sejati Tidak Datang dari Jalan Pintas - Persaudaraan Dai Indonesia | Bersama Dai Membangun Negeri | Posdai.or.id

06 Oktober 2025

Sukses Sejati Tidak Datang dari Jalan Pintas

SETIAP manusia tentu mendambakan kesuksesan. Tak ada seorang pun yang bercita-cita untuk gagal. Namun, kenyataan berbicara lain. Jumlah mer...

SETIAP
manusia tentu mendambakan kesuksesan. Tak ada seorang pun yang bercita-cita untuk gagal. Namun, kenyataan berbicara lain. Jumlah mereka yang tersandung kegagalan jauh lebih banyak dibanding yang benar-benar berhasil. 

Di balik impian yang besar, banyak yang terjebak dalam kekecewaan, kehilangan arah, dan merasa tak pernah cukup.

Jika kita cermati lebih dalam, akar dari fenomena ini sering kali bukan terletak pada kurangnya kesempatan, tetapi pada cara berpikir dan bersikap. 

Lihatlah bagaimana sebagian orang mengekspresikan diri di keseharian—dalam percakapan, unggahan media sosial, atau bahkan komentar-komentar kecil yang tampak sepele. Kata-kata yang keluar sering kali sarat keluhan, pesimisme, dan rasa tidak percaya diri.

Tanpa disadari, pola pikir semacam itu menciptakan realitas yang sama dengan yang diucapkan: hidup terasa berat, langkah terasa buntu, dan semangat mudah padam. 

Padahal, setiap kata adalah doa. Setiap keyakinan adalah arah. Ketika seseorang terus-menerus membangun pikirannya di atas dasar negatif, maka hidupnya pun akan berjalan sesuai bayangan itu.

Namun, perlu diingat, bahwasanya kegagalan seseorang bukanlah karena Allah tidak adil. Allah Maha Adil. Ia memberi potensi, peluang, dan jalan yang sama luasnya untuk setiap hamba. Yang membedakan hanyalah bagaimana setiap orang memanfaatkannya. 

Ada yang mengolah potensi itu dengan sungguh-sungguh dan sabar, ada pula yang menyia-nyiakannya karena tergesa dan ingin cepat sampai di garis akhir.

Menariknya, dalam perjalanan hidup ini, kita kerap menemukan hal yang tampak paradoksal: ada orang yang secara lahiriah terlihat gagal—tidak kaya, tidak populer, tidak punya jabatan tinggi—tetapi hatinya tenang, hidupnya penuh makna, dan langkahnya mantap. 

Sebaliknya, ada yang tampak begitu sukses di mata dunia—berlimpah harta, disanjung banyak orang—namun jiwanya gelisah, hubungannya dengan orang lain rapuh, dan hatinya gersang.

Mengapa bisa demikian? Karena sering kali kita menilai keberhasilan hanya dari permukaan. Kita memuja hasil, tetapi lupa pada proses. Kita mengukur sukses dengan angka, jabatan, atau penampilan, padahal ukuran sejati keberhasilan jauh lebih dalam daripada itu.

Keberhasilan sejati tidak sekadar diukur dari apa yang dicapai, melainkan bagaimana cara mencapainya. Hasil yang gemilang namun diperoleh melalui jalan yang curang bukanlah keberhasilan, melainkan kegagalan yang disamarkan. 

Di sisi lain, hasil yang sederhana tetapi diraih dengan kejujuran, ketekunan, dan kesabaran—itulah kemenangan yang sesungguhnya.

Seseorang yang jujur dalam usahanya, sekalipun hasilnya belum memuaskan, sejatinya telah meraih keberhasilan spiritual yang jauh lebih besar daripada sekadar materi. Sebab, ia berhasil menaklukkan dirinya sendiri—ego, keserakahan, dan dorongan untuk mengambil jalan pintas.

Kita bisa melihat contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Ada mahasiswa yang meraih nilai tertinggi, tetapi mencapainya dengan menyontek atau bahkan menggunakan ijazah palsu. Di mata manusia, mungkin ia tampak berhasil. Namun di hadapan Allah, ia telah gagal—gagal menjaga integritas, gagal menghormati ilmu, dan gagal menghargai proses.

Sebaliknya, ada mahasiswa lain yang belajar dengan sungguh-sungguh, menempuh ujian dengan jujur, meskipun nilainya biasa saja. Ia mungkin tidak menjadi juara kelas, tapi ia menjadi juara dalam kejujuran dan kesungguhan. Dalam pandangan Allah, itulah keberhasilan yang sebenarnya.

Sukses sejati bukanlah tentang seberapa cepat kita mencapai tujuan, tapi seberapa tulus kita berjalan di jalannya. Kadang, hasil yang tampak gagal di mata manusia justru sedang menjadi cara Allah memuliakan kita—dengan melatih kesabaran, memperkuat keimanan, dan membersihkan hati dari kesombongan.

Maka, jangan tergesa menilai hidup orang lain, apalagi diri sendiri. Hasil bisa menipu, tapi proses tidak pernah berdusta. Proses selalu membawa kita menuju kedewasaan, ketenangan, dan pemahaman yang lebih dalam tentang makna hidup.

Pada akhirnya, keberhasilan sejati bukanlah ketika kita berdiri di puncak, melainkan ketika kita tetap tegar menapaki jalan yang benar, meski jalan itu panjang dan sepi. Sebab, Allah tidak menilai kita dari seberapa tinggi kita sampai, tapi dari seberapa lurus kita melangkah.

Hidup bukan tentang seberapa cepat menang, tetapi tentang seberapa kuat kita bertahan dalam kebenaran. Itulah hakikat sukses yang sesungguhnya—sukses yang tak hanya di dunia, tapi juga di akhirat. 

RUSLAN TANJUNG

Mitra

Sinergi adalah energi kita, terus berpadu dalam langkah nyata

  • Bersama Dai Bangun Negeri
  • Save Indonesia with Quran, ajak masyarakat hidupkan al-Quran
  • Menjadi dai perekat ukhuwah islamiyah dan ukhuwan insaniyah
  • Keswadayaan bersama mengemban amanah dakwah majukan negeri