Dakwah Cerdaskan Kehidupan Bangsa, Jalan Integrasi Islam dan Pembangunan
ISU pendidikan di Indonesia menunjukkan bahwa pembangunan manusia masih memiliki tantangan serius. Berdasarkan data, rata-rata lama sekolah...
ISU pendidikan di Indonesia menunjukkan bahwa pembangunan manusia masih memiliki tantangan serius. Berdasarkan data, rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas pada 2025 tercatat 9,07 tahun, naik sekitar 0,22 tahun dari tahun sebelumnya. Sementara itu, data menunjukkan bahwa mayoritas penduduk usia 25 ke atas (sekitar 54,9%) hanya memiliki tingkat pendidikan dasar (SD/SMP).
Angka-angka ini mencerminkan bahwa masih banyak warga negara yang belum menempuh jenjang menengah atas atau perguruan tinggi. Dari perspektif pembangunan bangsa, hal ini menunjukkan bahwa modal manusia belum optimal sebab pendidikan adalah fondasi pembentukan potensi, karakter dan kapasitas partisipasi dalam pembangunan sosial ekonomi.
Dakwah dalam kerangka Islam bukan hanya menyangkut ibadah ritual, tetapi juga pembentukan karakter, nilai, dan kesadaran sosial. Allah SWT berfirman:
وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهٗ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ
"Katakanlah (Nabi Muhammad), “Bekerjalah! Maka, Allah, rasul-Nya, dan orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu (QS. At-Tawbah [9]:105)
Ayat ini menegaskan bahwa kerja manusia, yang dalam kaitan ini termasuk proses belajar dan pendidikan, memiliki dimensi sakral ketika diniatkan untuk kebaikan dan kemaslahatan umat.
Pendidikan yang terbatas berarti ruang partisipasi dalam pembangunan menjadi sempit, dan kesempatan umat untuk menjadi subjek pembangunan bukan sekadar objek menjadi kecil.
Pembangunan infrastruktur fisik seperti jalan, bandara, dan gedung memang penting, namun bila modal manusia tertinggal, maka pembangunan fisik mudah menjadi “tumpukan beton tanpa jiwa”.
Dakwah hadir sebagai jembatan antara dunia nilai dan dunia praktik. Ia menggerakkan masyarakat agar menyadari bahwa belajar, mengajar, dan menjadi bagian dari proses pembangunan bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab kolektif umat.
Sebagaimana dalam peribahasa: “Tuntutlah ilmu walaupun ke negeri Cina…”. Kata mutiara ini menekankan keutamaan ilmu dan pencarian pengetahuan sebagai bagian dari ibadah. Maka dakwah pendidikan adalah mengajak umat agar tidak puas dengan keadaan yang statis, tetapi selalu bergerak maju, meningkatkan kapasitas diri, dan berkontribusi kepada pembangunan bangsa.
Data kemiskinan juga menunjukkan relevansi antara pendidikan dan pembangunan sosial ekonomi. Persentase penduduk miskin Maret 2025 sebagaimana data Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) tercatat 8,47% (sekitar 23,85 juta orang) dan kemiskinan ekstrem sebesar 0,85% (2,38 juta orang.
Kurangnya pendidikan sering kali menjadi faktor yang memperkuat siklus kemiskinan. Karena, dengan modal pendidikan rendah, akses ke pekerjaan yang layak, wirausaha, atau partisipasi penuh dalam pembangunan terbatas.
Dakwah pembangunan dalam pendidikan berarti bahwa selain menyampaikan ajaran agama, dai dan lembaga dakwah juga harus mendorong akses pendidikan, mendorong sekecil mungkin hambatan bagi anak-anak dan warga untuk belajar, serta menumbuhkan kesadaran bahwa pendidikan adalah amanah dari Allah dan kontribusi terhadap bangsa. Ulama kontemporer menyebut bahwa dakwah juga harus bersifat inklusif yang menyentuh aspek sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya.
Dalam implementasi, hal ini bisa tercermin melalui program-program seperti pendampingan belajar di daerah tertinggal, beasiswa dakwah, kelas dakwah untuk keluarga, atau kemitraan dakwah bersama sekolah dan kampus.
Dengan demikian, dakwah dan pembangunan menjadi sinergis dimana dakwah membentuk manusia, pembangunan menyediakan ruang partisipasi manusia tersebut.
Pendidikan terbatas bukan hanya persoalan angka statistik. Ia adalah panggilan nurani dan kerinduan bangsa akan potensi penuh umat. Dakwah yang menyatu dengan pembangunan manusia adalah harapan agar Indonesia tidak hanya maju secara fisik, tetapi juga kokoh secara moral dan sosial.
Mari kita dukung Persaudaraan Dai Indonesia (PosDai), baik melalui kontribusi materi maupun kontribusi non-materi agar generasi masa depan memperoleh pendidikan, mengisi pembangunan, dan menjadi insan mulia yang membawa kemaslahatan bagi tanah air. Kita tidak hanya membangun gedung dan jalan; kita membangun manusia, nilai, dan harapan bangsa.
REDAKSI POSDAI
















