Peran Sentral Ibu sebagai Madrasah Peradaban - Persaudaraan Dai Indonesia | Bersama Dai Membangun Negeri | Posdai.or.id

01 Desember 2025

Peran Sentral Ibu sebagai Madrasah Peradaban

ISLAM menempatkan ibu pada posisi agung dalam proses membangun ketahanan keluarga. Rasulullah SAW menyebut, “Ibumu, lalu ibumu, lalu ibumu,...

ISLAM
menempatkan ibu pada posisi agung dalam proses membangun ketahanan keluarga. Rasulullah SAW menyebut, “Ibumu, lalu ibumu, lalu ibumu, kemudian ayahmu.” (HR. Bukhari-Muslim). 

Hadis ini tidak hanya menunjukkan kemuliaan ibu, tetapi menegaskan besarnya pengaruh ibu terhadap perkembangan spiritual dan moral anak.

Ketahanan keluarga sangat dipengaruhi oleh stabilitas emosi dan kearifan seorang ibu. Di Indonesia, peran ibu sering kali melampaui batas domestik: ia pendidik, manajer rumah tangga, penjaga kesehatan, sekaligus pendukung ekonomi. 

Namun tekanan sosial modern seperti amukan digitalisasi, tuntutan kerja, dan perubahan nilai, membuat banyak ibu berada dalam kondisi rawan stres. Padahal, kondisi batin ibu sangat menentukan harmoni keluarga.

Al-Qur’an memberikan teladan perempuan agung seperti Maryam dan ibu Nabi Musa. Allah berfirman, “Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa: Susuilah dia…” (QS. Al-Qashash: 7). Ayat ini mengandung pesan bahwa peran keibuan bukan sekadar tugas biologis, tetapi tindakan strategis menyelamatkan generasi. 

Dalam tafsir Ibn Katsir, perintah Allah kepada ibu Musa menunjukkan bahwa ketenangan hati seorang ibu adalah bagian dari pertolongan Ilahi terhadap masa depan umat.

Dalam perspektif pembangunan manusia, ibu adalah human capital generator. Ia menginternalisasi nilai, membentuk habitus moral, dan menciptakan lingkungan emosional yang aman. 

Ibu juga menjadi kanal dakwah paling efektif karena hubungan emosionalnya dengan anak bersifat alami. Ketika ibu kuat secara spiritual dan psikologis, anak tumbuh menjadi pribadi resilien.

Namun modernitas sering menggeser penghargaan terhadap peran keibuan. Masyarakat mengukur produktivitas dengan indikator ekonomi semata. 

Padahal, kontribusi terbesar bagi keberlanjutan bangsa justru dilakukan ibu melalui pendidikan adab. Indonesia membutuhkan gerakan besar mengembalikan martabat keibuan sebagai pekerjaan peradaban.

Islam memberikan panduan agar ibu tidak terbebani sendirian. QS. Al-Baqarah: 233 memerintahkan ayah untuk menafkahi dan mendukung ibu secara proporsional. 

Artinya, ketahanan keluarga adalah kerja sama, bukan beban individual. Di sinilah dakwah memainkan peran penting memulihkan kesadaran peran masing-masing dalam keluarga.

PosDai dan para da’i di berbagai daerah telah memberikan bimbingan kepada para ibu melalui majelis taklim, pembinaan Qur’ani, dan program parenting Islami. Mereka menjadi ruang bertumbuh bagi para ibu yang ingin memiliki ketahanan spiritual dan mental dalam mendidik anak-anaknya.

Ketahanan keluarga bukan hanya tentang kemampuan bertahan dari krisis, tetapi juga kemampuan terus berkembang. Ibu memiliki talenta alami untuk melakukan adaptasi kreatif dalam situasi sulit. 

Dari dapur yang sederhana, ibu menanamkan nilai syukur; dari percakapan kecil sebelum tidur, ia menanamkan keberanian; dari pelukan hangat, ia membangun rasa aman yang menjadi dasar kepribadian anak.

Mari dukung Persaudaraan Dai Indonesia (PosDai)—baik materi maupun non-materi—agar semakin banyak ibu Indonesia memperoleh pendampingan dakwah yang meneguhkan langkah mereka. Dukungan kita adalah cinta untuk masa depan bangsa.

Mitra

Sinergi adalah energi kita, terus berpadu dalam langkah nyata

  • Bersama Dai Bangun Negeri
  • Save Indonesia with Quran, ajak masyarakat hidupkan al-Quran
  • Menjadi dai perekat ukhuwah islamiyah dan ukhuwan insaniyah
  • Keswadayaan bersama mengemban amanah dakwah majukan negeri