Pendidikan Anak dalam Perspektif Dakwah dan Keindonesiaan - Persaudaraan Dai Indonesia | Bersama Dai Membangun Negeri | Posdai.or.id

02 Desember 2025

Pendidikan Anak dalam Perspektif Dakwah dan Keindonesiaan

PENDIDIKAN anak adalah inti dari ketahanan keluarga dan pembangunan bangsa. Di era digital, anak-anak Indonesia menghadapi tantangan yang b...

PENDIDIKAN
anak adalah inti dari ketahanan keluarga dan pembangunan bangsa. Di era digital, anak-anak Indonesia menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan banjir informasi, model teladan instan, budaya hiburan tanpa batas, dan fragmentasi nilai. Ketahanan moral anak menjadi indikator apakah masa depan bangsa akan kokoh atau rapuh.

Islam memberikan kerangka pendidikan anak yang holistik. Al Qur'an surah At-Tahrim ayat 6 menegaskan kewajiban menjaga keluarga dari api neraka, berarti mendidik dengan iman dan adab. 

Kemudian surah Luqman memuat kurikulum dasar pendidikan anak: tauhid, akhlak pada orang tua, kesadaran sosial, shalat, kesabaran, dan etika komunikasi. Dalam tafsir Al-Razi, ayat-ayat ini disebut sebagai “rangka peradaban keluarga”.

Pembangunan nasional memerlukan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi berkarakter. Banyak negara maju menyadari bahwa tanpa karakter, kecerdasan justru menjadi ancaman. Korupsi, manipulasi teknologi, dan disrupsi sosial sering berasal dari generasi cerdas tanpa nilai. Islam mengajarkan bahwa karakter dibangun sejak dini melalui keteladanan dan pendidikan ruhani.

Keluarga Indonesia memiliki tradisi kuat dalam pendidikan anak: cerita-cerita lisan, adab kepada orang tua, tradisi keagamaan lokal, dan gotong royong. Namun modernisasi dan urbanisasi menyebabkan banyak tradisi hilang. Anak-anak lebih banyak berinteraksi dengan gawai daripada dengan orang tua. Interaksi dua arah berkurang drastis, padahal ia adalah fondasi pembentukan karakter.

Rasulullah SAW mencontohkan pendidikan anak yang penuh perhatian. Beliau memanggil anak-anak dengan panggilan yang lembut, memberi hadiah, mengajarkan doa, dan mendidik dengan keteladanan. 

Dalam sebuah hadis, beliau mencium cucunya, lalu berkata, “Barang siapa tidak menyayangi, ia tidak akan disayangi.” (HR. Bukhari). Pendidikan anak bukan sekadar instruksi, tetapi proses kasih sayang.

Dalam perspektif dakwah, anak adalah aset jangka panjang umat. Lembaga dakwah seperti PosDai berkontribusi besar melalui pembinaan remaja, kamp pendidikan Qur’an, dan majelis ilmu keluarga. 

Namun, kita juga harus sadar, bahwa tantangan era digital menuntut peningkatan kapasitas dakwah keluarga. Anak membutuhkan lingkungan yang memperkuat identitas keislaman dan keindonesiaan agar tidak larut dalam budaya global yang kadang nihil nilai.

Pendidikan karakter harus melibatkan empat dimensi: spiritual, moral, intelektual, dan sosial. Keluarga menjadi basisnya, sekolah menjadi perkuatnya, masyarakat menjadi ruang praktik, dan dakwah menjadi ruhnya. Indonesia memerlukan sinergi antara semua unsur untuk menciptakan generasi yang tangguh.

Anak adalah harapan masa depan. Ketahanan keluarga tidak akan tegak tanpa pendidikan anak yang berkualitas. Setiap ayat yang kita ajarkan, setiap adab yang kita teladankan, adalah batu bata peradaban. 

Mari dukung PosDai—baik materi maupun non-materi—agar semakin banyak keluarga Indonesia mendapatkan pendampingan dalam membangun karakter generasi Qur’ani. Dukungan kita adalah doa panjang umur peradaban bangsa.

Mitra

Sinergi adalah energi kita, terus berpadu dalam langkah nyata

  • Bersama Dai Bangun Negeri
  • Save Indonesia with Quran, ajak masyarakat hidupkan al-Quran
  • Menjadi dai perekat ukhuwah islamiyah dan ukhuwan insaniyah
  • Keswadayaan bersama mengemban amanah dakwah majukan negeri