Dakwah Perekat Spiritual Menjaga Harmoni Gerak Peradaban
BANGSA Indonesia adalah mozaik besar yang tersusun dari keragaman etnis, bahasa, dan budaya. Dalam mozaik itu, dakwah hadir sebagai perekat...
BANGSA Indonesia adalah mozaik besar yang tersusun dari keragaman etnis, bahasa, dan budaya. Dalam mozaik itu, dakwah hadir sebagai perekat spiritual yang menjaga harmoni dan menggerakkan peradaban.
Pembangunan bangsa bukan hanya soal ekonomi dan politik, tetapi juga tentang menanamkan nilai yang benar. PosDai mengemban peran penting dalam menjadikan dakwah sebagai cahaya pembangunan.
Al-Qur’an mengingatkan kita:
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. Ali Imran [3]: 104)
Ayat ini memberikan kerangka pembangunan sosial. Keberuntungan suatu bangsa terletak pada hadirnya orang-orang yang konsisten menyeru kebaikan. Dai PosDai yang berkhidmat di berbagai penjuru negeri adalah bagian dari segolongan itu.
Pembangunan bangsa yang berkelanjutan tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan material. Ia memerlukan jiwa yang kuat, moralitas yang kokoh, dan panduan nilai yang benar. Tanpa itu, pembangunan hanya akan melahirkan krisis sosial. Inilah mengapa dakwah menjadi esensial.
Dakwah bukan sekadar nasihat, tetapi rekayasa sosial yang membentuk karakter bangsa. PosDai menempatkan para dai di berbagai pelosok negeri sebagai ujung tombak pembangunan masyarakat.
Mereka mendirikan majelis taklim, membina keluarga, menggerakkan remaja, serta menjadi penggerak kemandirian umat. Dakwah mereka tidak berhenti di masjid, tetapi menjangkau ladang, pasar, sekolah, hingga ruang-ruang publik.
Sejarah Indonesia menunjukkan betapa dakwah berkontribusi besar dalam pembangunan bangsa. Para ulama dan dai dahulu tidak hanya menyampaikan syiar Islam, tetapi juga memimpin perlawanan terhadap penjajahan, membangun pesantren sebagai pusat pendidikan, dan mengokohkan nilai kebangsaan. Kini, PosDai melanjutkan tradisi itu dalam konteks modern.
Firman Allah dalam QS. An-Nahl [16]: 97 menegaskan janji-Nya:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ
“Barangsiapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.”
Ayat ini memberi penekanan bahwa pembangunan bangsa yang berlandaskan iman dan amal saleh akan melahirkan kehidupan yang baik. Inilah cita-cita besar dakwah PosDai, yakni menghadirkan kehidupan yang baik, adil, dan bermartabat bagi seluruh rakyat Indonesia.
Di tengah tantangan zaman yang memperhadapkan pada kita krisis moral, dekadensi sosial, dan gelombang digitalisasi yang kadang menyesatkan, disinilah peran dakwah semakin vital. Dai PosDai adalah cahaya kecil yang menerangi jalan, menuntun masyarakat untuk tetap berpegang pada nilai Islam dan keindonesiaan.
Sekali lagi, pembangunan bangsa dalam cahaya dakwah adalah proses panjang yang memerlukan kesabaran dan dukungan kolektif. PosDai telah menyalakan obor itu di berbagai pelosok negeri.
