Dakwah Ekonomi dan Kemandirian Umat
ISLAM tidak memandang ekonomi semata-mata sebagai aktivitas mencari keuntungan, melainkan sebagai sarana menegakkan keadilan dan keberkahan...
ISLAM tidak memandang ekonomi semata-mata sebagai aktivitas mencari keuntungan, melainkan sebagai sarana menegakkan keadilan dan keberkahan.
Dakwah ekonomi menjadi penting ketika kesenjangan sosial melebar, dan umat kehilangan kemandiriannya di tengah dominasi kapitalisme global. Allah menegaskan dalam firman-Nya pada Al Qur'an surah Al-Hasyr [59] ayat 7:
ÙƒَÙŠْ Ù„َا ÙŠَÙƒُÙˆْÙ†َ دُÙˆْÙ„َØ©ً ۢ بَÙŠْÙ†َ الْاَغْÙ†ِÙŠَاۤØ¡ِ Ù…ِÙ†ْÙƒُÙ…ْۗ
“…supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.”
Ayat ini dengan tegas menggariskan bangunan prinsip distribusi yang menjadi dasar bagi ekonomi Islam.
Kemandirian ekonomi umat adalah bagian dari misi dakwah. Nabi Muhammad SAW menanamkan etos kerja dan kejujuran dalam perdagangan, sehingga umat Islam dikenal sebagai komunitas yang mandiri dan berintegritas.
Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik penghasilan adalah dari hasil kerja tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur.” (HR. Ahmad).
Dalam konteks modern, spirit ini menuntun umat untuk membangun sistem ekonomi berbasis nilai. Bukan sekadar mengejar laba, tetapi menegakkan keadilan sosial.
PosDai memandang pembangunan ekonomi umat sebagai bagian integral dari dakwah. Dai tidak hanya mengajarkan akhlak, tetapi juga membimbing masyarakat agar mampu mengelola potensi ekonomi lokal seperti pertanian, perdagangan, koperasi syariah, hingga ekonomi kreatif.
Melalui gerakan ini, insya Allah, kita yakin, dakwah menjadi jalan pemberdayaan yang konkret, menumbuhkan martabat dan kemandirian umat.
Kemandirian ekonomi juga berkaitan dengan kedaulatan bangsa. Ketika umat bergantung pada sistem ekonomi yang tidak berpihak, mereka mudah dikendalikan oleh kepentingan luar.
Maka, dakwah ekonomi adalah perjuangan untuk menegakkan kembali izzah (kehormatan) Islam dalam ranah sosial. Konsep baitul maal, wakaf produktif, dan zakat berbasis pemberdayaan harus dihidupkan kembali sebagai instrumen keadilan dan pemerataan.
Dalam konteks keindonesiaan, ekonomi umat juga menjadi penyangga pembangunan nasional. Ketika ekonomi rakyat kuat, negara tidak mudah goyah oleh krisis global.
Dakwah yang membangun kesadaran berwirausaha, menumbuhkan etika muamalah, dan menggerakkan zakat produktif, sejatinya adalah bentuk pembangunan berkeadilan.
Karena itu, perlu ditegaskan, bahwa kemandirian ekonomi adalah ruh dakwah yang sejati. Tanpa kekuatan ekonomi, dakwah kehilangan daya hidupnya. Mari dukung para dai yang berjuang membangun ekonomi umat melalui gerakan PosDai.
Mendukung mereka berarti ikut menegakkan keadilan dan kemandirian bangsa.
















