Dakwah Membangun Ketahanan Sosial dan Solidaritas di Tengah Guncangan Ekonomi
GELOMBANG ketidakpastian ekonomi global telah memengaruhi kehidupan rakyat kecil. Harga bahan pokok naik, lapangan kerja berkurang, dan kes...
GELOMBANG ketidakpastian ekonomi global telah memengaruhi kehidupan rakyat kecil. Harga bahan pokok naik, lapangan kerja berkurang, dan kesenjangan sosial semakin terasa.
Di tengah situasi itu, dakwah sosial menjadi kunci menjaga ketahanan masyarakat. Persaudaraan Dai Indonesia (PosDai) menjadikan dakwah sebagai gerakan pemberdayaan umat. Bukan sekadar ceramah, tetapi aksi nyata.
Allah SWT dalam firman-Nya dalam Al Qur'an surah Al-Ma’un [107] ayat 1–3, menegaskan hubungan erat antara spiritualitas dan sosialitas serta menunjukkan bahwa keimanan sejati diukur dari kepedulian sosial, bukan sekadar ibadah ritual.
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak mendorong memberi makan orang miskin.”
Ayat ayat ini mengajak kita menemukan refleksi bahwa dakwah sejati tidak berhenti di kata-kata, tetapi menggerakkan tindakan nyata yang membebaskan manusia dari kelaparan, kebodohan, dan ketidakadilan.
PosDai menempatkan para dai sebagai agen perubahan sosial. Mereka tidak hanya mengajarkan tauhid, tetapi juga menggerakkan masyarakat untuk berdaya dengan membangun sinergi komunitas, menginisiasi pertanian produktif, atau program beasiswa. Dakwah seperti ini menghadirkan keadilan sosial sebagai bagian dari iman.
Dakwah adalah proses pemberadaban manusia. Ia menumbuhkan kesadaran kolektif untuk saling menolong dan menegakkan keadilan. Ketahanan bangsa tidak hanya ditentukan oleh stabilitas ekonomi, tetapi juga oleh kekuatan solidaritas sosial. PosDai berperan menyalakan semangat itu dari bawah, di tengah rakyat.
Dakwah sosial adalah bentuk nyata dari cinta kepada bangsa. PosDai dengan jejaring dai mengabdi yang diutusnya menunjukkan bahwa dai bukan hanya penyampai pesan, tetapi penopang kehidupan umat.
