Langkah Dakwah Menuntun Generasi Digital Kembali ke Fitrah
GENERASI muda kini hidup dalam dunia yang serba cepat, digital, dan kompetitif. Namun di balik kemajuan itu, muncul gejala krisis makna, ya...
GENERASI muda kini hidup dalam dunia yang serba cepat, digital, dan kompetitif. Namun di balik kemajuan itu, muncul gejala krisis makna, yaitu meningkatnya depresi, nihilisme, dan kehilangan arah hidup.
Fenomena ini menunjukkan kebutuhan besar akan dakwah yang mampu menyapa generasi muda dengan bahasa zaman, tanpa kehilangan ruh keimanan.
Al-Qur’an mengisahkan dalam QS. Al-Kahfi [18] ayat 13 yang menampilkan simbol kekuatan spiritual kaum muda yaitu keberanian untuk beriman di tengah arus yang menyesatkan.
اِنَّهُمْ فِتْيَةٌ اٰمَنُوْا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنٰهُمْ هُدًىۖ
“Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk”
Persaudaraan Dai Indonesia (PosDai) menempatkan generasi muda sebagai aset dakwah dan pembangunan bangsa. Mereka bukan sekadar objek dakwah, tetapi subjek yang perlu diperlengkapi dengan ilmu, keimanan, dan kepemimpinan.
Para dai muda jaringan PosDai hadir di kampus, komunitas, dan dunia digital — membawa pesan Islam yang rasional, kreatif, dan membebaskan.
Krisis makna yang dialami generasi muda lahir dari hilangnya orientasi hidup. Dunia modern mengajarkan kompetisi tanpa arah, kebebasan tanpa nilai. Dakwah PosDai mengajarkan sebaliknya: kebebasan sejati adalah ketaatan yang sadar; kebahagiaan sejati adalah kedekatan dengan Tuhan.
Dakwah untuk generasi muda harus menyentuh tiga hal, yaitu akal, hati, dan aksi. Akal diberi pengetahuan, hati diberi keteladanan, dan aksi diberi ruang kreatif. PosDai menghidupkan semangat ini melalui pelatihan kepemimpinan, pembinaan dai muda, dan kegiatan sosial berbasis komunitas.
Masa depan bangsa ditentukan oleh arah spiritual generasinya. PosDai bekerja menyiapkan generasi muda yang beriman dan berilmu, agar Indonesia tidak kehilangan cahaya.
