Dakwah Digital di Era Kebisingan Informasi
Hingga Oktober 2025, pengguna internet di Indonesia mencapai 224,6 juta atau 81% penduduk, menurut laporan We Are Social – DataReportal (202...
Hingga Oktober 2025, pengguna internet di Indonesia mencapai 224,6 juta atau 81% penduduk, menurut laporan We Are Social – DataReportal (2025). Lonjakan akses digital memperluas ruang dakwah, namun juga menimbulkan tantangan menganga seperti banjir informasi, hoaks keagamaan, dan banalitas makna di media sosial.
Namun, sebagai muslim, kita seharusnya tak perlu bingung ketika berada di belantara dunia maya tersebut, sebab Al-Qur’an sudah memberi panduan etika komunikasi:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًا ۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum karena kebodohan.” (QS. Al-Hujurat [49]:6)
Ayat ini menegaskan kewajiban tabayyun atau verifikasi sebelum menyebarkan informasi. Dalam konteks digital, tabayyun menjadi dasar etika bermedia.
Menahan jari sebelum berbagi, memeriksa sebelum menilai. Dakwah digital tanpa etika berpotensi menambah kebisingan, bukan pencerahan.
Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dakwah di dunia maya menuntut keseimbangan antara kebenaran dan kebijaksanaan. Dai masa kini tidak hanya berdiri di mimbar, tetapi juga di layar ponsel.
Namun, isi pesan harus menjaga keotentikan ilmu dan akhlak. Ketika algoritma mendorong sensasionalisme, dakwah harus menjadi oase kejujuran.
Menurut survei Katadata Insight Center (2025), 57% pengguna internet di Indonesia terpapar hoaks agama minimal sekali per minggu. Ini menunjukkan kebutuhan literasi digital yang mendesak. Maka, pembangunan manusia era digital harus melibatkan dakwah sebagai pendidik moral teknologi.
Dengan dukungan Anda, PosDai jejaring terus berupaya menjadi pionir dakwah digital beretika dengan memproduksi konten edukatif, menjaga sanad ilmu, dan menginspirasi publik dengan narasi damai.
Dakwah yang berakar pada ilmu akan mengubah ruang digital menjadi ladang amal, bukan arena konflik. Teknologi adalah alat; iman adalah arah. Dunia maya harus diterangi oleh nilai, bukan dibakar oleh amarah.
















