Dakwah Hemat Energi sebagai Kekuatan Pembangunan Bangsa - Persaudaraan Dai Indonesia | Bersama Dai Membangun Negeri | Posdai.or.id

17 November 2025

Dakwah Hemat Energi sebagai Kekuatan Pembangunan Bangsa

KRISIS energi menjadi pembahasan tidak hanya oleh pengambil kebijakan tapi juga rakyat kecil di warung warung kopi. Data Kementerian Energi...

KRISIS
energi menjadi pembahasan tidak hanya oleh pengambil kebijakan tapi juga rakyat kecil di warung warung kopi. Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat bahwa konsumsi listrik nasional mencapai 316,5 terawatt-hour (TWh) pada 2024 dan diprediksi meningkat 6,5% tahun 2025. 

Namun, pasokan energi primer — terutama batu bara dan gas — menghadapi tekanan akibat transisi energi global dan ketergantungan pada sumber tak terbarukan. Pemerintah menargetkan bauran energi baru terbarukan (EBT) mencapai 17,9% pada 2025, tetapi realisasi hingga pertengahan tahun masih di angka 14,3% (ESDM Data Portal, September 2025).

Krisis energi bukan hanya soal pasokan dan teknologi, melainkan juga kesadaran moral dalam konsumsi. Sebagaimana firman Allah SWT:

وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَࣖ

“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf [7]: 31)

Ayat ini bukan hanya peringatan tentang makanan, tetapi prinsip universal dalam etika konsumsi. Energi — listrik, bahan bakar, air — termasuk nikmat Allah yang menuntut keseimbangan. Pembangunan nasional tidak boleh melahirkan budaya boros dan eksploitasi tanpa tanggung jawab.

Rasulullah ﷺ hidup dengan prinsip kesederhanaan. Dalam riwayat, lampu di rumah beliau hanya dinyalakan seperlunya; air digunakan secukupnya untuk wudhu. Inilah green lifestyle Rasulullah — bukan tren modern, tetapi warisan spiritual yang relevan bagi peradaban masa kini. 

Dakwah hemat energi adalah dakwah akhlak publik dalam rangka menanamkan tanggung jawab terhadap nikmat Allah.

Dari sisi ekonomi, subsidi energi di Indonesia masih sangat besar. Menurut data Kementerian Keuangan (Kemenkeu), total subsidi energi tahun 2024 mencapai Rp186 triliun, dengan proyeksi naik 12% pada 2025 akibat fluktuasi harga minyak dunia. 

Ketergantungan masyarakat terhadap energi bersubsidi menimbulkan beban fiskal dan memperlambat transisi energi bersih. Maka, pembangunan sektor energi harus disertai pembangunan kesadaran moral berupa dakwah tentang efisiensi, etika, dan amanah.

Islam memandang energi sebagai amanah khalifah. QS. Al-Baqarah [2]:30 menjelaskan bahwa manusia diciptakan sebagai pengelola bumi. Artinya, setiap penggunaan sumber daya adalah ujian tanggung jawab. Jika pembangunan energi hanya mengejar angka produksi tanpa memperhatikan keberlanjutan dan keadilan, maka umat gagal menjalankan amanah tersebut.

Jika lebih jauh kita berkaca ke dalam, negeri kita ini dianugerahi potensi energi terbarukan yang besar: tenaga surya 207 GW, angin 60 GW, dan panas bumi 23,9 GW (ESDM, 2025). Namun, pemanfaatannya baru sekitar 2 persen. 

Dakwah pembangunan berperan dalam mendorong kesadaran masyarakat dan dunia usaha agar berpindah dari eksploitasi menuju konservasi. Inilah bentuk ibadah sosial yang mesti mengiringi ibadah ritual karena kita berjuang menyelamatkan bumi dari kerakusan.

Etika energi dalam Islam berakar pada konsep wasathiyah (moderasi). Ulama seperti Al-Raghib al-Ashfahani menjelaskan bahwa boros bukan hanya berlebihan dalam harta, tapi juga dalam daya, waktu, dan sumber alam. Maka, dakwah moderasi energi bukan sekadar himbauan, tapi bagian dari jihad moral. Sebuah mujahadah melawan hawa nafsu konsumtif.

Dai dan lembaga dakwah dapat menjadi katalis perubahan dengan mencontohkan pola hidup hemat energi: mengatur kegiatan masjid yang efisien, menggunakan panel surya, mengelola air wudhu berkelanjutan, dan mengedukasi jamaah tentang pentingnya efisiensi. Pembangunan nasional akan kokoh jika didasari kesadaran spiritual tentang kelestarian nikmat Allah.

Krisis energi bukan hanya tantangan teknologi, tetapi ujian iman dan tanggung jawab sosial. Islam mengajarkan kita berefisiensi, bukan mengeksploitasi bumi dengan cara tak berhati. 

Mari dukung PosDai dalam menggerakkan dakwah ekologi dan energi berkeadaban agar bangsa Indonesia tidak hanya terang oleh listrik, tetapi juga bercahaya oleh iman. 

Dukungan Anda, baik dalam bentuk materi maupun nonmateri, akan menjadi energi ruhani bagi pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan.

Mitra

Sinergi adalah energi kita, terus berpadu dalam langkah nyata

  • Bersama Dai Bangun Negeri
  • Save Indonesia with Quran, ajak masyarakat hidupkan al-Quran
  • Menjadi dai perekat ukhuwah islamiyah dan ukhuwan insaniyah
  • Keswadayaan bersama mengemban amanah dakwah majukan negeri