Rumah sebagai Ruang Pemulihan Psikologis Umat - Persaudaraan Dai Indonesia | Bersama Dai Membangun Negeri | Posdai.or.id

27 November 2025

Rumah sebagai Ruang Pemulihan Psikologis Umat

KETAHANAN keluarga tidak hanya bergantung pada kekuatan ekonomi atau harmoni struktural, tetapi juga pada ketahanan emosi. Di tengah lanska...

KETAHANAN
keluarga tidak hanya bergantung pada kekuatan ekonomi atau harmoni struktural, tetapi juga pada ketahanan emosi. Di tengah lanskap sosial Indonesia yang berubah cepat—dari digitalisasi, urbanisasi, hingga tekanan kompetisi hidup—kestabilan emosi anggota keluarga menjadi fondasi yang menentukan arah kehidupan bersama. 

Islam sejak awal telah memberi perhatian besar pada aspek ini sebagai bagian dari tazkiyatun nafs, proses pemurnian jiwa.

Allah berfirman, 

قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ. وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَاۗ

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 9–10)

Ayat ini memberi kerangka bahwa ketahanan emosi bukan hasil spontan, tetapi hasil disiplin spiritual. Dalam tafsir Al-Qurthubi, penyucian jiwa mencakup kemampuan mengendalikan amarah, menahan syahwat, dan menyikapi keadaan dengan hikmah. Ketika keluarga kehilangan kemampuan mengelola emosi, struktur internalnya ikut melemah.

Ketahanan emosi sangat penting dalam keluarga muda Indonesia yang kini hidup dalam tekanan finansial, mobilitas besar, dan komunikasi digital yang mengikis dialog tatap muka. 

Konflik kecil sering membesar karena ketidakmampuan mengelola stres. Rasulullah SAW mengingatkan, “Bukanlah orang kuat itu yang menang dalam gulat, tetapi orang yang mampu menahan amarah ketika marah.” (HR. Bukhari). Hadis ini memberikan etika dasar pengelolaan konflik dalam rumah tangga.

Dalam perspektif psikologi keluarga, kemampuan mengatur emosi (emotional regulation) adalah indikator utama ketahanan. Namun Islam tidak memandangnya sebagai keterampilan teknis semata; ia ditopang oleh iman. 

Shalat, dzikir, dan tadabbur Al-Qur’an adalah mekanisme spiritual yang menjaga kestabilan emosi. Allah berfirman dalam surah Ar-Ra'd ayat 28: اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُۗ “Dengan mengingat Allah hati menjadi tenang". Ketenangan hati adalah modal utama memecahkan masalah rumah tangga.

Konteks keindonesiaan memberi warna tersendiri. Masyarakat kita memiliki nilai budaya yang mendorong ketenangan: sabar, nrimo, gotong royong, musyawarah. Namun modernisasi sering mendorong masyarakat meninggalkan nilai ini dan menggantinya dengan gaya hidup cepat dan kompetitif. 

Akibatnya kemudian adalah rumah kehilangan fungsi sebagai ruang pemulihan psikologis. Padahal dalam Islam, rumah disebut sakan—tempat kedamaian (QS. Ar-Rum: 21).

Dakwah berperan penting dalam memulihkan kesadaran emosional ini. Para da’i tidak hanya menyampaikan hukum, tetapi juga menuntun umat memahami dinamika batin, sabar, syukur, dan kontrol diri. 

PosDai dan lembaga dakwah lain perlu hadir mendampingi keluarga-keluarga yang tertekan oleh kondisi ekonomi dan sosial agar mereka tetap memiliki ruang bimbingan.

Ketahanan emosi adalah bagian dari pembangunan manusia. Dalam teori pembangunan berkelanjutan, kesejahteraan mental dianggap sama pentingnya dengan kesejahteraan material. Indonesia menghadapi krisis kesehatan mental signifikan, termasuk pada remaja. Keluarga dengan ketahanan emosi baik mampu menjadi benteng pertama mencegah depresi, kenakalan, hingga radikalisme.

Namun upaya membangun ketahanan emosi tidak cukup dengan pendekatan psikologis. Ia membutuhkan pendekatan rohani. Islam mengajarkan muhasabah, proses menilai diri. 

Dalam keluarga, muhasabah dapat dilakukan dengan percakapan harian yang jujur, saling memaafkan sebelum tidur, dan saling memberi nasihat dalam kasih sayang sebagaimana perintah QS. Al-Asr: 3, “saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.”

Keluarga yang stabil secara emosi melahirkan generasi yang tidak mudah rapuh menghadapi tekanan hidup. Mereka tumbuh menjadi pemimpin yang matang dan masyarakat yang produktif. 

Ketahanan emosi bukan hanya urusan keluarga itu sendiri, tetapi urusan bangsa. Ia menentukan kualitas tenaga kerja, efektivitas pembangunan, dan stabilitas sosial.

Mitra

Sinergi adalah energi kita, terus berpadu dalam langkah nyata

  • Bersama Dai Bangun Negeri
  • Save Indonesia with Quran, ajak masyarakat hidupkan al-Quran
  • Menjadi dai perekat ukhuwah islamiyah dan ukhuwan insaniyah
  • Keswadayaan bersama mengemban amanah dakwah majukan negeri