Meneguhkan Posisi Dai sebagai Penuntun Arah Pembangunan - Persaudaraan Dai Indonesia | Bersama Dai Membangun Negeri | Posdai.or.id

11 Desember 2025

Meneguhkan Posisi Dai sebagai Penuntun Arah Pembangunan

Indonesia memasuki fase sejarah baru menjelang 2045. Transformasi digital, mobilitas sosial, perubahan nilai-nilai keluarga, dan polarisasi ...

Indonesia memasuki fase sejarah baru menjelang 2045. Transformasi digital, mobilitas sosial, perubahan nilai-nilai keluarga, dan polarisasi politik menjadikan lanskap sosial semakin kompleks. 

Dalam situasi semacam ini, kita membutuhkan figur-figur yang mampu memberi arah moral, kebijaksanaan, dan keteduhan. Di sinilah urgensi revitalisasi dai sebagai guru bangsa menemukan relevansinya.

Sejarah mencatat bahwa tokoh-tokoh kebangkitan nasional dan kemerdekaan Indonesia bukan hanya intelektual, tetapi juga ulama dan dai. Mereka mendidik, memimpin dialog publik, menggerakkan masyarakat, serta menjadi penjaga moralitas bangsa. 

Namun, seiring modernisasi, peran ini mengalami pergeseran. Banyak masyarakat kini lebih terpengaruh oleh tokoh digital ketimbang tokoh agama, sehingga ruang dakwah menjadi lebih dinamis dan kompetitif.

Revitalisasi dai sebagai guru bangsa berarti mengembalikan fungsi strategis mereka sebagai penuntun peradaban. Dai tidak boleh hanya menjadi penceramah, tetapi harus menjadi pemikir sosial, komunikator pembangunan, dan fasilitator perubahan. Mereka perlu memahami politik publik, etika profesi, literasi digital, psikologi masyarakat, hingga isu global yang mempengaruhi umat.

Tantangan dakwah kini tidak hanya terkait syariat, tetapi juga bagaimana membangun masyarakat yang damai, toleran, produktif, dan berdaya saing. Dai harus mampu menjembatani antara ajaran Islam yang universal dengan tantangan keindonesiaan yang konkret: kemiskinan, pendidikan, ketimpangan ekonomi, kerusakan lingkungan, hingga kesehatan mental generasi muda.

Upaya revitalisasi menuntut pelatihan berkelanjutan, penguatan kapasitas, fasilitas dakwah, serta dukungan masyarakat. Tanpa ekosistem yang kuat, dai tidak dapat bertransformasi menjadi pemimpin peradaban. Padahal keberadaan mereka sangat strategis untuk menjaga arah pembangunan Indonesia agar tidak kehilangan dimensi moralnya.

Dai sebagai guru bangsa adalah penjaga jati diri Indonesia. Mereka mengajarkan kesantunan di tengah kegaduhan, kebijaksanaan di tengah polarisasi politik, dan keteladanan di tengah krisis integritas. Revitalisasi mereka bukan hanya kebutuhan komunitas Muslim, tetapi juga kebutuhan nasional. Indonesia yang besar membutuhkan figur-figur moral yang kuat.

Singkat kata, tugas besar membangun bangsa tidak akan berhasil jika kita mengabaikan peran dai sebagai pilar penuntun peradaban. Revitalisasi dai adalah revitalisasi masa depan Indonesia. Saatnya seluruh elemen masyarakat bergerak bersama, memberi dukungan konkret untuk memperkuat dakwah yang mencerahkan. 

Mari bersama mendukung Persaudaraan Dai Indonesia (PosDai), baik secara materi maupun non materi, agar lahir lebih banyak guru bangsa yang siap memimpin perubahan. (nun/pos)

Mitra

Sinergi adalah energi kita, terus berpadu dalam langkah nyata

  • Bersama Dai Bangun Negeri
  • Save Indonesia with Quran, ajak masyarakat hidupkan al-Quran
  • Menjadi dai perekat ukhuwah islamiyah dan ukhuwan insaniyah
  • Keswadayaan bersama mengemban amanah dakwah majukan negeri