PosDai Hadir untuk Meringankan Derita Korban Bencana Sumatera
Pesaudaraan Dai Indonesia (PosDai) turut menjadi bagian dari Tim Siaga Bencana Hidayatullah yang diterjunkan ke berbagai wilayah terdampak b...
Pesaudaraan Dai Indonesia (PosDai) turut menjadi bagian dari Tim Siaga Bencana Hidayatullah yang diterjunkan ke berbagai wilayah terdampak banjir dan tanah longsor di Sumatera pada akhir November 2025. Bencana hidrometeorologi tersebut berdampak sangat luas, khususnya di Kota Sibolga, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, dan beberapa wilayah lain yang mengalami kerusakan parah.
Tim gabungan Hidayatullah—meliputi SAR Hidayatullah, Baitulmaal Hidayatullah, TASK Hidayatullah, dan PosDai—bergerak sejak awal masa tanggap darurat, meski medan terputus dan komunikasi terhambat.
Ketua PosDai Sumatera Utara, Ustaz Syukron Khairy Nasution, memimpin langsung tim lapangan yang diterjunkan ke berbagai titik bencana. Dalam keterangannya, ia menyampaikan bahwa kehadiran para dai bukan hanya untuk membantu secara fisik, tetapi juga memberikan dukungan sosial dan spiritual kepada warga yang terdampak.
“Kami datang untuk bersama masyarakat, menyelamatkan yang bisa diselamatkan, sekaligus menguatkan mental dan ruhiyah saudara-saudara kita yang sedang diuji,” ujarnya.
Data terbaru menunjukkan bahwa rangkaian banjir dan tanah longsor di Sumatera telah menimbulkan dampak kemanusiaan yang sangat besar. BNPB mengungkapkan di website resminya pukul 15.05 WIB, pada Selasa (3/11/2025) sore, korban meninggal dunia tembus 807 jiwa, orang hilang sebanyak 647 jiwa, korban terluka sebanyak 2.600 jiwa serta ribuan warga harus mengungsi ke titik-titik aman. Kerusakan mencakup rumah penduduk, fasilitas pendidikan, rumah ibadah, hingga infrastruktur jalan yang putus akibat material longsor dan banjir bandang.
Dalam situasi tersebut, kehadiran PosDai bersama tim kemanusiaan lain menjadi penting sebagai bagian dari jejaring respons berbasis komunitas. PosDai fokus pada evakuasi warga, pendistribusian bantuan darurat, pendampingan keluarga rentan, serta pelayanan psikososial dan penguatan spiritual melalui bimbingan ibadah serta dukungan moral.
“Di lokasi bencana kami melihat langsung trauma yang mendalam, terutama pada anak-anak. Karena itu, selain mendistribusikan bantuan, kami mengadakan layanan pendampingan agar mereka merasa tidak sendirian,” jelas Syukron.
Penelitian kebencanaan menunjukkan bahwa respons berbasis komunitas mampu menjangkau wilayah yang sulit diakses oleh lembaga formal, sekaligus memberikan pemulihan sosial yang lebih cepat melalui pendekatan kultural dan spiritual. Keberadaan para dai di zona bencana memperkuat jejaring kepercayaan masyarakat, memperlancar koordinasi lokal, dan meningkatkan efektivitas distribusi bantuan.
Selain itu, bencana akhir 2025 ini dianggap sebagai salah satu bencana paling mematikan di Sumatera Utara dalam beberapa tahun terakhir. Intensitas hujan ekstrem, degradasi daerah aliran sungai, dan kerentanan infrastruktur menjadi faktor pemicu. Karenanya, tim kemanusiaan seperti PosDai menjadi komponen penting mitigasi sosial.
Syukron menegaskan bahwa PosDai akan bertahan di lokasi hingga masa darurat selesai. “Kami mengajak seluruh pihak untuk mendoakan dan membantu meringankan beban masyarakat terdampak. Musibah ini bukan hanya derita warga Sumatera, tetapi duka bersama bangsa,” katanya.
















